Wednesday, January 9, 2019

MAKALAH FILSAFAT


FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


Related image


Oleh:
HASMIWATI
18709251023






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal kebaikannya. Aamiin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Yogyakarta, 4 Januari 2019

Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
A.    FILSAFAT
B.     FILSAFAT PENDIDIKAN
1.      Pengertian Filsafat Pendidikan
2.      Penerapan Filsafat Pendidikan
3.      Hubungan Filsafat dan Pendidikan
4.      Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
C.    FILSAFAT MATEMATIKA
1.      Definisi Filsafat Matematika
2.      Hubungan Filsafat dengan Matematika
D.    FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
1.      Persoalan-persoalan pokok dalam pengembangan ilmu pendidikan matematika
2.      Karakteristik Ilmu Pendidikan Matematika
3.      Obyek dan Metode Ilmu Pendidikan Matematika
4.      Alat Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
5.      Sumber-sumber dan Batas-batas Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
6.      Pembenaran dan Prinsip-prinsip Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
7.      Ontologi Ilmu Pendidikan Matematika
8.      Berbagai Aliran Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
9.      Epistimologi Imu Pendidikan Matematika
10.  Aksiologi Ilmu Pendidikan Matematika
11.  Filsafat Pendidikan Matematika
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN
B.     SARAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
Secara harafiah filsafat yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.
Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah muncul dari berabad abad tahun yang lalu, permasalahan matematika muncul berbeda beda pada tiap tiap jaman tertentu baik pada jaman Negara Mesopotamia, Babilonia, Mesir, dan Yunani. Dari negara negara itulah mereka berusaha untuk mempelajarai dan mengkaji lebih lanjut mengenai permasalahan matematika. Mereka melakukannya dengan cara abstraksi dan cara idealis. Mereka berusaha untuk mencari fakta bahwa ilmu itu bersifat tetap atau berubah ubah, seperti tokoh yang menganut bahwa ilmu itu tetap adalah Permenides dan tokokh yang menganut bahwa ilmu itu bersifat berubah ubah adalah Heraclitos.
Dari hal tersebut munculah berbagai intuisi-intuisi sehingga muncul filsafat pendidikan matematika, hal ini juga didasari bahwa menemukan filsafat matematika itu dengan berpikir secara ekstensi yaitu berpikir secara seluas luasnya dan berpikir secara intensi yaitu berpikir secara sedalam dalamnya.



BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
A.                FILSAFAT
Secara etimologi, kata “filsafat/falsafah” merupakan kata serapan dari bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosophia. Dalam bahasa Yunani, kata philosphia merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kataphilia=persahabatan, cinta) dan sophia=kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang pecinta kebijaksanaan.
Dalam membangun tradisi filsafat, banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.
Secara Terminologi, Filsafat mempunyai banyak sekali definisi tergantung dari siapa yang mendefinisikannya, bahkan setiap orang memiliki definisi tersendiri mengenai filsafat. Dalam hal ini, akan dijelaskan beberapa definisi dari beberapa ahli filsafat (filsuf), antara lain, sebagai berikut:
Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
·                     Plato (428-348 SM) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
·                     Aristoteles (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
·                     Cicero ( 106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of all the arts“ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
·                     Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
·                     Paul Nartorp (1854–1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
·                     Immanuel Kant (1724 – 1804) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1)                  Apakah yang dapat kita kerjakan ? (jawabannya metafisika)
2)                  Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
3)                  Sampai dimanakah harapan kita ? (jawabannya Agama)
4)                  Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi)
·                     Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
·                     Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
·                     Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
·                     Harold H. Titus (1979) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
·                     Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
·                     Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
·                     Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
·                     Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
B.                 FILSAFAT PENDIDIKAN
1.                  Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang berdiri pada makna dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan ke dalam satu tema khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk ke dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Kendatipun filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah sendi-sendi pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.
Ketika konsenterasi dan fokus kajian filsafat ditujukan pada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan seluk beluk pendidikan secara khusus, maka berarti upaya filosofis diarahkan pada suatu bidang kajian yang dalam hal ini adalah problem kependidikan sebagai sebuah realitas. Upaya semacam inilah yang disebut dengan filsafat pendidikan. Atas dasar ini pula, maka pengenalan secara komprehensif tentang filsafat pendidikan, mestilah pula diawali dengan pemberian pemahaman yang mendalam mengenai filsafat pemahaman akan filsafat sangat menentukan sistem dan pola yang akan ditempuh oleh seseorang dalam menggunakan daya pikirnya memandang realitas. Hal ini tentu memiliki konsekuensi dan aplikasi pada kegiatan filsafat pendidikan sebagai implementasi metode filsafat di bidang pendidikan.
Bila pengertian filsafat yang telah dibahas pada bab sebelumnya dikaitkan dengan masalah pendidikan, tentu berimplikasi pada upaya-upaya berpikir krisis, sistematis, radikal dan universal tentang berbagai persoalan yang berkenaan dengan seluk beluk dunia pendidikan dan kemajuan pendidikan itu sendiri. Filsafat pendidikan secara langsung memberikan perhatiannya pada apa yang merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun dalam orientasi. Hal yang membedakan aktivitasnya hanyalah pada konsenterasinya yang ditujukan untuk menganalisis realitas yang terbatas dalam berbagai problem dan isu pendidikan. 
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mngatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menyebutkan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan. M. Arifin M.Ed. mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan. Ali Khalil Abu Al-Ainain mengemukakan pula bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berpikir filosofis tentang realitas kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falssafah umum dan menitikberatkan paa pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker (intelektual), maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Sementara menurut Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tapi juga meneliti dengan saksama hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk menemukan hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu dapat dibakukan melalui proses kompromi.
Menurut Imam Barnadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut Brubachen, filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berarti secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjadi ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap.
Untuk mendapatkan pngertian filsafat pendidikan yang lebih sempurna (jelas), ada baiknya kita melihat beberapa konsep mengenai pengertian pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud kepribadian yang utama atau ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun filsafat bangsa dan Negara.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
2.                  Penerapan Filsafat Pendidikan
Filsafat itu sangat penting didalam dunia pendidikan, karena di dalam pengertian secara mendalam tentang filsafat itu sendiri mempunyai arti yang sangat positif, murni, asli, dan tanpa rekayasa. Dimulai dengan pengertian filsafat yaitu sebagai kecintaan, semangat, kebenaran, absolute, mutlak, dsb. Tidak dapat dipungkiri filsafat itu adalah sebuah kunci jawaban atas segala sudut pandang yang muncul di dunia.Filsafat sepatutnya dijadikan landasan berfikir oleh manusia-manusia modern sekarang ini yang segala pola pikirnya sudah terkontaminasi oleh kepalsuan-kepalsuan dunia yang bersifat global dan merusak.
Filsafat di dalam dunia pendidikan teramat sangat dibutuhkan sekali. Karena dengan segala unsur-unsur makna yang terkandung dalam filsafat itu sendiri dapat mengarahkan pendidikan ke jalan yang sebenar-benarnya tanpa dibelok-belokkan kearah yang tidak jelas kebenarannya. Filsafat harus di masukkan secara mendalam dan menyeluruh di dalam ruang lingkup pendidikan. Karena output-output dari pendidikan itu bila tidak didasari oleh filsafat maka paham-paham yang dimilikinya akan mudah berbelok dan di belokkan oleh segala informasi atau ilmu-ilmu yang mereka pelajari nantinya.
Filsafat juga seharusnya diletakkan di segala mata pelajaran para peserta-peserta didik dari mulai TK, SD, SMP, SMA, dan Universitas misalnya seperti filsafat penjaskes, filsafat tik, filsafat ips, filsafat ipa, dan sebagainya. Agar makna dari filsafat bisa tertanam pada jiwa dan pikiran-pikiran mereka dari dasar hingga keatas, bahkan kalau perlu filsafat menjadi landasan Negara kita tanpa mengesampingkan pancasila dan UUD 1945. Karena filsafat memaknai dirinya sebagai suatu konsep kebenaran yang mutlak dan absolute.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan.Tujuan proses pengembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah yaitu bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya : iklim, makanan, kesehatan, keamanan relatif sesuai dengan kebutuhan manusi.
Manusia kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembnag sebagaimana diharapkan lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem tantang kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi manusia itu.
Timbulnya problem dan pikiran pemecahannya itu adlah bidang pemikiran filsafat-dalam hal ini filsafat pendidikan-.Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan daripada ide-ide filsafat dengan perkataan lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggara pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidika merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Filsafat pendidikan juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (pedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
3.                  Hubungan Filsafat dan Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horizontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan hozisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan sintesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya. Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
Pendidikan dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula.  Dinamika sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang tengah dominan.
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat merupakan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.
Menurut Ali Saifullah, antar filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
a.                   Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
b.                  Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.
4.                  Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalm kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas.
Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
a.                   Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam  berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
b.                  Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya  menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
c.                   Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersif at menyeluruh;
d.                  Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola dan system berpikir filosofis yang demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
a.                   Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata.
b.                  Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi :
a.                   Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).
b.                  Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c.                   Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d.                  Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e.                   Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f.                   Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.



C.                FILSAFAT MATEMATIKA
1.                  Definisi Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya.
2.                  Hubungan Filsafat dengan Matematika
Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf, metodenya juga banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat. Kita bahkan mengenal beberapa matematikawan yang sekaligus sebagai sorang filsuf, misalnya Descartes, Leibniz, Bolzano, Dedekind, Frege, Brouwer, Hilbert, G¨odel, and Weyl. Pada abad terakhir di mana logika yang merupakan kajian sekaligus pondasi matematika menjadi bahan kajian penting baik oleh para matematikawan maupun oleh para filsuf. Logika matematika mempunyai peranan hingga sampai era filsafat kontemporer di mana banyak para filsuf kemudian mempelajari logika. Logika matematika telah memberi inspirasi kepada pemikiran filsuf, kemudian para filsuf juga berusaha mengembangkan pemikiran logika misalnya “logika modal”, yang kemudian dikembangkan lagi oleh para matematikawan dan bermanfaat bagi pengembangan program komputer dan analisis bahasa. Salah satu titik krusial yang menjadi masalah bersama oleh matematika maupun filsafat misalnya persoalan pondasi matematika. Baik matematikawan maupun para filsuf bersama-sama berkepentingan untuk menelaah apakah ada pondasi matematika? Jika ada apakah pondasi itu bersifat tunggal atau jamak? Jika bersifat tunggal maka apakah pondasi itu? Jika bersifat jamak maka bagaimana kita tahu bahwa satu atau beberapa diantaranya lebih utama atau tidak lebih utama sebagai pondasi? Pada abad 20, Cantor diteruskan oleh Sir Bertrand Russell, mengembangkan teori himpunan dan teori tipe, dengan maksud untuk menggunakannya sebagai pondasi matematika. Namun kajian filsafat telah mendapatkan bahwa di sini terdapat paradoks atau inkonsistensi yang kemudian membangkitkan kembali motivasi matematikawan di dalam menemukan hakekat dari sistem matematika.
Dengan teori ketidaklengkapan, akhirnya Godel menyimpulkan bahwa suatu sistem matematika jika dia lengkap maka pastilah tidak akan konsisten; tetapi jika dia konsisten maka dia patilah tidak akan lengkap. Hakekat dari kebenaran secara bersama dipelajari secara intensif baik oleh filsafat maupun matematika. Kajian nilai kebenaran secara intensif dipelajari oleh bidang epistemologi dan filsafat bahasa. Di dalam matematika, melalui logika formal, nilai kebenaran juga dipelajari secara intensif. Kripke, S. dan Feferman telah merevisi teori tentang nilai kebenaran; dan pada karyanya ini maka matematika dan filsafat menghadapi masalah bersama. Di lain pihak, pada salah satu kajian filsafat, yaitu epistemologi, dikembangkan pula epistemologi formal yang menggunakan pendekatan formal sebagai kegiatan riset filsafat yang menggunakan inferensi sebagai sebagai metode utama. Inferensi demikian tidak lain tidak bukan merupakan logika formal yang dapat dikaitkan dengan teori permainan, pengambilan keputusan, dasar komputer dan teori kemungkinan.
Para matematikawan dan para filsuf secara bersama-sama masih terlibat di dalam perdebatan mengenai peran intuisi di dalam pemahaman matematika dan pemahaman ilmu pada umumnya. Terdapat langkah-langkah di dalam metode matematika yang tidak dapat diterima oleh seorang intuisionis. Seorang intuisionis tidak dapat menerima aturan logika bahwa kalimat “a atau b” bernilai benar untuk a bernilai benar dan b bernilai benar. Seorang intuisionis juga tidak bisa menerima pembuktian dengan metode membuktikan ketidakbenaran dari ingkarannya. Seorang intuisionis juga tidak dapat menerima bilangan infinit atau tak hingga sebagai bilangan yang bersifat faktual. Menurut seorang intuisionis, bilangan infinit bersifat potensial. Oleh karena itu kaum intuisionis berusaha mengembangkan matematika hanya dengan bilangan yang bersifat finit atau terhingga.
Banyak filsuf telah menggunakan matematika untuk membangun teori pengetahuan dan penalaran yang dihasilkan dengan memanfaatkan bukti-bukti matematika dianggap telah dapat menghasilkan suatu pencapaian yang memuaskan. Matematika telah menjadi sumber inspirasi yang utama bagi para filsuf untuk mengembangkan epistemologi dan metafisik. Dari pemikiran para filsuf yang bersumber pada matematika diantaranya muncul pemikiran atau pertanyaan: Apakah bilangan atau obyek matematika memang betul-betul ada? Jika mereka ada apakah di dalam atau di luar pikiran kita? Jika mereka ada di luar pikiran kita bagaimana kita bisa memahaminya? Jika mereka ada di dalam pikiran kita bagaimana kita bisa membedakan mereka dengan konsep-konsep kita yang lainnya? Bagaimana hubungan antara obyek matematika dengan logika? Pertanyaan tentang “ada” nya obyek matematika merupakan pertanyaan metafisik yang kedudukannya hampir sama dengan pertanyaan tentang keberadaan obyek-obyek lainnya seperti universalitas, sifat-sifat benda, dan nilai-nilai; menurut beberapa filsuf jika obyek-obyek itu ada maka apakah dia terkait dengan ruang dan waktu? Apakah dia bersifat aktual atau potensi? Apakah dia bersifat abstrak? Atau konkrit? Jika kita menerima bahwa obyek matematika bersifat abstrak maka metode atau epistemologi yang bagaimana yang mampu menjelaskan obyek tersebut? Mungkin kita dapat menggunakan bukti untuk menjelaskan obyek-obyek tersebut, tetapi bukti selalu bertumpu kepada aksioma. Pada akhirnya kita akan menjumpai adanya “infinit regress” karena secara filosofis kita masih harus mempertanyakan kebenaran dan keabsahan sebuah aksioma.
Hannes Leitgeb di “Mathematical Methods in Philosophy” telah menyelidiki penggunaan matematika di filsafat. Dia menyimpulkan bahwa metode matematika mempunyai kedudukan penting di filsafat. Pada taraf tertentu matematika dan filsafat mempunyai persoalan-persoalan bersama. Hannes Leitgeb telah menyelidiki aspek-aspek dalam mana matematika dan filsafat mempunyai derajat yang sama ketika melakukan penelaahan yatitu kesamaan antara obyek, sifat-sifat obyek, logika, sistem-sistem, makna kalimat, hukum sebab-akibat, paradoks, teori permainan dan teori kemungkinan. Para filsuf menggunakan logika sebab-akibat untuk untuk mengetahui implikasi dari konsep atau pemikirannya, bahkan untuk membuktikan kebenaran ungkapan-ungkapannya. Joseph N. Manago di dalam bukunya “Mathematical Logic and the Philosophy of God and Man” mendemonstrasikan filsafat menggunakan metode matematika untuk membuktikan Lemma bahwa terdapat beberapa makhluk hidup bersifat “eternal”. Makhluk hidup yang tetap hidup disebut bersifat eternal.
D.                FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
12.              Persoalan-persoalan pokok dalam pengembangan ilmu pendidikan matematika
Lemahnya pendidikan matematika di Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu matematika. Dampaknya, siswa, bahkan mahasiswa, pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya. Siswa dan mahasiswa lebih diposisikan sebagai pengguna ilmu. Akibat dari itu sering ditemui siswa atau mahasiswa tidak mampu memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap sebuah soal dalam matematika. Misalnya, betapa para siswa SMA dan mahasiswa akan dengan mudah dan dipastikan benar, manakala diminta untuk mengerjakan soal determinan dari sebuah matrik. Tetapi ketika ditanya lebih lanjut apa makna dan pengertian dari determinan yang telah dikerjakannya itu, hampir dapat dipastikan, tidak ada yang mengerti. Inilah problem dasar pada pendidikan matematika, Siswa atau mahasiswa tidak dibiasakan untuk menginterpretasikan sebuah persoalan. Terhadap kelemahan itu, perlu ada perubahan paradigma dan cara pandang baru tentang bagaimana unsur-unsur filsafat itu bisa diberikan kepada siswa dan mahasiswa dan tidak melakukan perubahan terhadap kurikulum matematika yang sudah ada, ini ditujukan kepada para guru dan dosen agar apa yang diberikan kepada para peserta didiknya harus dilengkapi dengan berbagai penjelasan dan latar belakang terhadap sebuah rumus yang telah diyakininya itu, sebagai sebuah pengetahuan filsafat.
Dunia pendidikan matematika inovatif kontemporer ada yang secara intensif ada juga yang ekstensif. Dunia pendidikan matematika inovatif kontemporer secara intensif merupakan suatu dunia pendidikan dimana dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan dan pikirannya secara dalam sedalam- dalamnya untuk menerapkan konsep- konsep yang ada dalam matematika untuk digunakan secara maksimal oleh dirinya sendiri. Sedangkan dunia pendidikan matematika inovatif kontemporer secara ekstensif adalah suatu dunia pendidikan dimana dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar matematika, siswa dan guru harus berperan aktif dalam menggunakan kemampuan dan pemikirannya secara luas seluas- luasnya untuk memanfaatkan dan menerapkan konsep- konsep yang ada dalam matematika untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari- hari dan kehidupan sosial bermasyarakat.
Proses pendidikan matematika bukan semata-mata mengajarkan. Tetapi pemahaman konsep matematika diberikan secara lebih jelas yang selama ini tidak pernah terungkap di sekolah-sekolah. mengajarkan matematika secara konvensional berbeda dengan menggunakan filsafat matematika.
Jika kita tidak memahami latar belakang suatu teori atau konsep matematika, tentu kita hanya menghafalkan rumus. Inilah penyebab mengapa matematika itu susah dipahami konsepnya. Terkadang ketika kita mengajarkan matematika tanpa pemahaman konsep bisa memberikan pengertian yang salah.
13.              Karakteristik Ilmu Pendidikan Matematika
Berbicara tentang pendidikan matematika, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari matematika. Demikian pula pada saat membicarakan karakteristik pendidikan matematika, juga tidak dapat dilepaskan dari karakteristik matematika.
a.                   Memiliki kajian yang bersifat abstrak
Bersifat abstrak karena objek matematika adalah objek mental dan pikiran. Sehingga objek kajian disekolah adalah berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip.
Fakta adalah kesepakatan atau konvensi dalam matematika, seperti istilah, notasi, dan lambang. Konsep adalah ide yang memungkinkan untuk ide itu dapat digunakan atau tidak, konsep ini dipelajari melalui definisi. Operasi merupakan suatu keterampilan dalam matematika berupa kemampuan pengerjaan dengan prosedur-prosedur tertentu. Prinsip adalah hubungan antara beberapa objek dasar matematika, sehingga terdiri dari beberapa fakta, konsep, dan dikaitkan oleh suatu operasi. Prinsip disini, berupa aksioma, teorema, sifat, dll.
b.                  Mangacu pada kesepakatan
Fakta matematika merupakan hasil kesepakatan, sehingga kesepakatan tersebut menjadi sebuah pembahasan yang mudah dikomunikasikan.
c.                   Mempunya pola pikir deduktif
Pola pikir deduktif didasarkan pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma (postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus) dan penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari. Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya.
d.                  Konsisten dalam sistemnya
Dalam suatu sistem matematika berlaku hukum konsistensi atau ketaatazasan, artinya tidak boleh terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup dalam hal makna maupun nilai kebenarannya.
e.                   Memiliki simbol kosong dari arti
Matematika memiliki banyak simbol. Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk kalimat matematika yang dinamai model matematika. Secara umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.
f.                   Memeperhatikan semesta pembicaraan.
Karena simbol-simbol dan model-model matematika kosong dari arti, dan akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama semesta pembicaraan. Ada-tidaknya dan benar-salahnya penyelesaian permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta pembicaraan.
14.              Obyek dan Metode Ilmu Pendidikan Matematika
Menurut Gagne, secara garis besar ada dua macam objek yang dipelajari dalam matematika, yaitu:
a.                   Objek langsung, yakni fakta (abstrak), konsep, operasi/keterampilan dan prinsip.
b.                  Objek tak langsung, yakni meliputi kemampuan berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif terhadap matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan ha lain yang secara implisit akan dipelajari jika mempelajari matematika
Metode pendidikan matematika adalah teknik penyampaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dikuasai pengajar untuk menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didiknya. Adapun metode yang lazim digunakan dalam pendidikan matematika yaitu seperti metode ceramah, metode ekspositori, metode demonstrasi, metode drill atau latihan, metode tanya jawab, metode inkuiri, metode discovery, metode pemberian tugas, dan metode permainan (untuk tingkat tertentu).



15.              Alat Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
Alat pengembangan pendidikan matematika adalah suatu media yang digunakan pengajar dalam proses mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan semangat belajar siswa agar pembelajaran semakin efektif. Alat pengembangan pendidikan matematika meliputi software dan hardware  yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Menurut Vernon S. Gerlack dan Donald P Hardware adalah the materials and equipment which store and for transmit instructional stimuli or content. Sedangkan, Software adalah the stimuli (content)which are stored and transmitted (Darhim, 1983. Yang mana Hardware sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu multimedia dan alat peraga, peralatan  multimedia seperti: overhead proyektor, LCD, Komputer, Powerpoint, Video animasi, dsb. Sedangkan peralatan alat peraga seperti: loncat kakat, menara hanoi, sesatan hexagon, dll. Sedangkan Software merupakan informasi atau cerita yang terdapat dalam overhead proyektor tersebut.
16.              Sumber-sumber dan Batas-batas Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
Sumber pembelajaran merupakan sarana dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pengembangan sumber pembelajaran yang dimaksud setidaknya mencakup beberapa hal berikut.
a.                   Sumber belajar dibuat dan disajian sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan ringan untuk dilakukan;
b.                  Sumber belajar harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolah
Sedangkan untuk batasan pengembangan pendidikan matematika yakni adalah seperti apa yang tercantum dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran).
17.              Pembenaran dan Prinsip-prinsip Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
Dalam kamus umum bahasa Indonesia menurut Purwadarminta ditemukan arti pembenaran diantaranya yaitu keadaan sesuatu yang benar, dan sungguh-sungguh ada. Pembenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Pembenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya perubahan pandangan tentang hakekat matematika serta pembelajarannya. Perubahan pandangan tentang hakekat matematika dapat mendorong terjadinya perubahan substansi kurikulum. Sementara itu perubahan pandangan tentang pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun yang khusus berkaitan dengan belajar matematika. Walaupun perubahan pembelajaran matematika saat ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya untuk memperbaiki kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di dunia mulai dilakukan sekalipun masih bersifat terbatas. Bagian ini memuat uraian tentang beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan matematika khususnya di Indonesia. Uraian tersebut antara lain meliputi perkembangan kurikulum matematika sekolah di Indonesia, pembelajaran matematika masa kini, pengembangan kemampuan berpikir matematik, dan beberapa pendekatan pembelajaran matematika kontemporer yang banyak diadaptasi dalam proses pembelajaran matematika di Indonesia.
18.              Ontologi Ilmu Pendidikan Matematika
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang realitas, yaitu kenyataan yang menjurus pada suatu kebenaran. Apabila disangkutkpautkan dengan pengertian tersebut, maka Ontologi pendidikan matematika adalah hakikat yang ada dalam matematika atau yang ada dibalik matematika secara menyeluruh.
19.              Berbagai Aliran Pengembangan Ilmu Pendidikan Matematika
Dalam subbab sebelumnya telah dibahas mengenai aliran filsafat matematika, yaitu aliran absolutisme dan platonisme. Pada subbab ini sama halnya dengan aliran filsafat matematika sebelumnya, filsafat pendidikan matematika memiliki beberapa aliran, yakni:
a.                   Konvensionalisme
Pandangan pengikut aliran konvensionalis menyebutkan bahwa pengetahuan matematika dan kebenaran didasarkan pada konvensi(kesepakatan) linguistik. Atau lebih jauh kebenaran logika dan matematika memiliki sifat analitis, benar karena ada hubungan nilai dari makna istilah yang digunakan. Bentuk moderat dari konvensionalisme seperti Quine (1936) atau Hempel (1945) menggunakan konvensi linguistic sebagai sumber kebenaran matematika dasar yang menjadi landasan konstruksi bangunan matematika. Bentuk konvensionalisme ini sedikit banyak sama dengan ifthenisme.
Filasafat matematika konvensionalis memiliki dua kritik, yaitu Pertama, aliran ini tidak banyak  memberikan informasi. Terlepas dari penjelasan tentang sifat social matematika, konvensionalisme hanya memberikan sedikit informasi. Kedua, penolakan dari Quine. Penolakan Quine tidak memiliki alasan kuat karena penolakan itu tidak dapat dikenakan pada bahasa asli dan dikenakan pada peran pembatas pada konvensi umum. Sebaliknya dia benar dengan mengatakan bahwa kita tidak akan menemukan semua kebenaran matematika dan logika yang dikemukakan secara literal seperti aturan dan konvensi linguistik. Meskipun Quine mengkritik konvensionalisme terkait dengan logika, dia memandang aliran ini memiliki potensi menjadi filsafat matematika yang sedikit berbeda.
b.      Empirisme
Pandangan empiris tentang pengetahuan matematika menyebutkan bahwa kebenaran matematika adalah generalisasi empirik (pengamatan). Konsep empirik terbagi menjadi dua, yaitu:
a)                  Konsep matematika memiliki asal usul empirik.
b)                  Kebenaran matematika memiliki dasar kebenaran empirik maka diambil dari dunia nyata.
Konsep pertama tidak dapat disangkal dan telah diterima oleh sebagian besar filsuf matematika (sehingga banyak konsep tidak terbentuk secara langsung dari pengamatan tetapi terdefinisi karena adanya konsep lain yang menyebabkan terbentuknya konsep dari pengamatan melalui serangkaian definisi). Konsep yang kedua ditolak oleh semua pihak kecuali penganut aliran empiris karena arahnya yang mengarah ke ketidakjelasan. Penolakan pertama beralasan bahwa sebagian besar ilmu matematika diterima dengan dasar alasan teoritis dan bukan empiris.
Empirisme terbuka untuk sejumlah kritik (Ernest, 1991). Pertama, ketika pengalaman kita berlawanan dengan kebenaran matematika dasar, kita tidak akan menyangkalnya, kita justru akan berasumsi bahwa mungkin ada kesalahan dalam penalaran kita karena ada kesepakatan bersama tentang matematika sehingga kita tidak dapat menolak kebenaran matematika. Kedua, matematika sangat abstrak dan begitu banyak konsepnya tidak memiliki keaslian dalam pengamatan di dunia nyata. Justru konsep tersebut didasarkan pada konsep yang sudah terbentuk sebelumnya. Kebenarankebenaran tentang konsep seperti itu yang membentuk bangunan matematika tidak dapat dikatakan berasal dari kesimpulan dari observasi dunia luar. Ketiga, empirisme bisa dikritik karena terfokus secara eksklusif (khusus) pada masalah-masalah pondasionis dan gagal menguraikan kecukupan tentang pengetahuan matematika. Dengan dasar kritik ini kami menolak pandangan empirik sebagai filsafat matematika yang tepat.
20.              Epistimologi Imu Pendidikan Matematika
Epistimologi adalah pengetahuan yang mengkaji pertayaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan itu sendiri.
Sehingga apabila dikaitkan dengan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa epistimologi pendidikan matematika merupakan suatu pengetahuan yang mana didalamnya menggali tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan matematika, apa saja sumber-sumber pendidikan matematika, dst.
21.              Aksiologi Ilmu Pendidikan Matematika
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa peradaban manusia sangat beruntung kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, komunikasi dan lainnya. Singkatnya ilmu merupakan sarana yang untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup.
Beberapa definisi tentang aksiologi diataranya:
a.                   Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
b.                  Sedangkan aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri  Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer bahwa aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.(Suriasumantri).
c.                   Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio – political life,yaitu kehidupan sosial politik yang akan elahurkan filsafat sosio-politik.
Aksiologi pendidikan matematika yaitu ilmu dalam filsafat yang mempelajari tentang kebermanfaatan pendidikan matematika dalam sebuah proses belajar mengajar matematika. Sehingga para peserta didik mampu menerapkan atau menggunakan hasil dari proses belajar matematika untuk membantu kelangsungan hidupnya.
22.              Filsafat Pendidikan Matematika
Ada yang mempermasalahkan istilah “pendidikan matematika” dan “matematika pendidikan”. Kita tidak akan mempermasalahkan mana yang lebih benar. Filsafat pendidikan matematika lebih menyoroti proses pendidikan dalam bidang matematika. Menurut Wein (1973), pendidikan matematika adalah ”suatu studi aspek-aspek tentang sifat-sifat dasar dan sejarah matematika beserta psikologi belajar dan mengajarnya yang akan berkontribusi terhadap pemahaman guru dalam tugasnya bersama siswa, bersama-sama studi dan analisis kurikulum sekolah, prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan praktik penggunaannya di kelas” Dengan demikian, filsafat pendidikan matematika mempersoalkan masalahmasalah sifat dasar matematika,, sejarah matematika, psikologi belajar matematika, teori mengajar matematika, psikologi anak dalam kaitannya dengan belajar matematika, pengembangan kurikulum matematika sekolah, dan pelaksanaan kurikulum matematika di kelas.
Filsafat ilmu pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004) dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a.                   Analisis secara menyeluruh dan kritis tentang bagaimana seharusnya pendidikana dilaksanakan.
b.                  Analisis secara mendalam dan menyeluruh tentang pendidikan dan konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan teori-teori belajar, pengukuran pendidikan, prosedur pembuatan kurikulum, dst.
Filsafat pendidikan matematika merupakan salah satu cabang filsafat pendidikan, yang mana didalamnya menelusuri dan menyelidiki hakekat pelaksanaan pendidikan matematika, yang berkesinambungan dengan tujuan, latar belakang, serta kegunaanya.



BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Filsafat tidak bisa lepas dari lingkup kehidupan, termasuk di dalam mempelajari bidang pendidikan matematika. Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berebagai lapangan kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan mendasar.
Filsafat pendidikan matematika mencakup tiga hal yaitu: tujuan dan nilai pendidikan matematika, teori belajar, teori mengajar. Tujuan pendidikan matematika hendaknya mencakup keadilan sosial melalui pengembangan demokrasi pemikiran kritis dalam matematika. Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk menganalisis masalah matematika. Pendidikan matematika diharapkan mampu memberikan penguatan kepada siswa, hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Penguatan kepada siswa dalam pendidikan matematika memiliki tiga dimensi, yaitu (1) siswa memiliki kemampuan matematika, (2) siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) siswa percaya akan kemampuan mereka. Teori belajar menggambarkan pentingnya siswa belajar secara aktif menggunakan matematika dengan tujuan untuk mempelajarinya. Konsep matematika saling berhubungan, dalam hal ini siswa perlu memahami sebuah konsep awal sebelum mempelajari topik selanjutnya.
Dalam teori mengajar, pertama, seorang guru matematika seharusnya merencanakan kegiatan yang membangun konstruksi pengetahuan subjektif melalui percakapan serta menyediakan kelas yang demokratis dan menguatkan cara berpikir kritis serta keterlibatan sosial. Kedua, seorang guru matematika mengajar dengan menggunakan pendekatan problem solvingi (pemecahan masalah), inkuiri, problem possing, open ended, di dalam kurikulum mengajarnya dan menggambarkan masalah atau topik dari kontek sosial yang relevan. Ketiga, mengajar matematika adalah berkaitan dengan memfasilitasi proses belajar siswa oleh karenanya, guru yang baik mensyaratkan sebuah kombinasi dari kompetensi mata pelajaran matematika, gaya dan strategi mengajar yang flesibel, dan memperhatikan emosional dan sosial yang sesuai dengan kebutuhan kognitif siswa.
B.                 SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan karena penulis sebagai manusia sadar akan banyaknya kesalahan dari materi dan sumber yang penulis angkat sebagai bahan makalah ini. Sekian dan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Jalaluddin. (2012). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, H. (1987). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang.
Al-Syaibani. (1979). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H. M. (1993). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Darhim. (1983). Media Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru Matematika. Bandung.
Ernest, P. (1991). The Phylosophy of Mathematics Education. Francis: Routledge.
Gandhi HW, Teguh Wangsa. (2016). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Jihad, A. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Cipta Persada.
Kneller, G. F. (1971). Introduction to The Philosophy of Education. New York: Jhon Willey Sons Inc.
Salam, B. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta.
Sisnandar. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi.
Suhartono, S. (2008). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
 Syam, M. N. (1988). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Zaprulkhan. (2015). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhairini. (1991).  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.




MAKALAH FILSAFAT

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: HASMIWATI 18709251023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PA...